MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di SM Tower. Acara yang berlangsung selama tiga hari, mulai dari Jumat (11/08) hingga Ahad (13/08), ini mengusung tema “Tajdid AUMSOS Abad ke-2”. Fokus utama Rakernas ini adalah mengkaji modernisasi manajemen Amal Usaha Muhammadiyah bidang Sosial (AUMSOS) agar lebih profesional, inklusif, dan mandiri.
Rakernas MPKS dibuka secara resmi oleh Ketua PP Muhammadiyah sekaligus Menteri Koordinator Pembangunan Kemanusiaan dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy. Acara ini dihadiri oleh para tokoh dan pemangku jabatan penting, termasuk Menteri Sosial Tri Rismaharini, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, Ketua PP Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman, dan perwakilan anggota MPKS tingkat wilayah dan daerah Muhammadiyah.
Muhadjir Effendy dalam sambutannya menggarisbawahi esensi dari gerakan sosial-keagamaan Muhammadiyah, yaitu pelayanan kemanusiaan tanpa memandang suku, agama, atau ras. Dia menekankan pentingnya peran MPKS dalam memberikan bantuan dan kepedulian terhadap sesama manusia, terutama yang terpinggirkan dalam masyarakat.
“Ini pentingnya inklusivitas dalam upaya membantu sesama. Semua atas nama kemanusiaan, atas nama Islam rahmatan lil’alamin, maka harus dilakukan secara betul-betul inklusif,” ungkap Muhadjir.
Rakernas MPKS diharapkan mampu melahirkan gagasan-gagasan filantropis yang mengokohkan nilai-nilai luhur Islam dalam memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, seperti disabilitas, anak-anak yatim, dan anak terlantar. Menteri Sosial, Tri Rismaharini, menyoroti pentingnya pemberdayaan terhadap kaum marjinal dan menyampaikan keyakinan bahwa sumber pendanaan tidak perlu menjadi kendala dalam merawat mereka.
“Kita tidak perlu khawatir untuk merawat lansia, anak-anak yatim dan anak-anak disabilitas, kita tidak perlu takut bagaimana untuk sumber pendanaannya,” tutur Risma.
Rakernas ini menjadi tonggak penting bagi Muhammadiyah dalam mewujudkan visi dan misi kesejahteraan sosial. Melalui rencana aksi yang komprehensif, Rakernas MPKS berpotensi menghasilkan langkah konkret bagi Muhammadiyah dalam meningkatkan kesejahteraan sosial dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Sementara itu, Abdul Mu’ti menguraikan tentang pentingnya melakukan pembaharuan dalam mengamalkan cara beragama. Menurutnya, memperbaharui cara mengamalkan agama tidak berarti mengurangi substansi atau esensi agama, melainkan menghadirkan cara pengamalan yang lebih bermakna dan sesuai dengan tuntutan zaman. Sebagai contoh, ia menyebut panti asuhan sebagai wujud nyata bagaimana ajaran agama dapat dijalankan secara kontekstual dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Diharapkan, melalui kerja keras dan kolaborasi lintas sektor, rakernas MPKS PP Muhammadiyah ini dapat terus berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan sejahtera, sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian yang dianut oleh organisasi ini.